Selasa, 25 Januari 2011

Access to Clean Water: A Problem for Indonesia


Access to clean water is one of Indonesia's biggest problem. According to the Millennium Development Goals (MDGs) Report 2007, published by the National Development Planning Board, piped water is accessible to 30.8 percent of households in the country's cities and 9 percent in its villages. Such figures show the limitations of the municipality's water service provider, PDAM.
Lack of investment in clean water is one reason PDAM gives for its limited outreach. Based on a government statement, to meet the MDGs target by 2015, Indonesia needs Rp43 trillion (US$4.6 billion) in clean water funding. The government currently provides Rp500 billion.
In order to close the funding gap, the government expects private investment in drinking water infrastructure.
The need for clean water funding is something that cannot be covered by private investment. In Indonesia, most PDAM utilities have small scales of economy and are therefore unattractive to investors.
There is no evidence to suggest private investors will improve the efficiency and effectiveness of water services, whereas the government has a duty to do so.
Increasing public funding for clean water infrastructure is the most rational approach for Indonesia. This effort should begin with an analysis of the needs of locals. This should be done through a democratic and participatory process.
There are resources and mechanisms the government could employ to increase clean water funding, such as state and local budgets, grants, government bonds and community-public partnership.
In order to use a grant system, the government should improve its proposal management and clearly focus on real needs in order to widen clean water services.




PDAM could use existing funds more efficiently. if it could reduce leakages from 40 per cent to 20 percent, it would have more disposable funds to invest in infrastructure. PDAM should use cost recovery principles, as long as costs are not passed on to consumers. Cost recovery principles should also be supported by a proper subsidy mechanism.
Bond investing is a traditional lending instrument for public services. The mechanism needs conditions, such as strong capital structure at local level.
A few of mechanisms in place now do help the poor access clean water at affordable prices. The most important thing is to make sure the mechanisms run properly and that the needs of people at the local level are met through appropriate funding.


Taken from The Jakarta Post, April 5, 2008

The Importance of Rainforests


Rainforests are one of the most complicated environments on Earth. They are recognized worldwide as containing the richest source of plants and animals and are believed to contain nearly three-quarters of all the varieties of life on Earth. This is remarkable because rainforests cover only about six percent of the Earth's land surface.
Rainforest are the oldest major ecosystem, having survived climate changes for more than one million years. They provide habitats for more species of plants, animals, insects and birds than any other environment found on our planet. Scientists estimate that between 60 and 90 percent of all species of life are to be found in rain forests. Unfortunately, the widespread destruction of many of the world's rainforests has caused a significant decline in the number of plant and animal species on Earth.
Rainforests influence both our local and global climates. For example, between 50 and 80 percent of the moisture in the air above rainforests comes from the rainforest's trees. If large areas of these lush rainforests are cleared, the average rainfall in the area will drop. Eventually, the area's climate will get hotter and drier. This process could convert rainforests into a sparse grassland or desert.
Rainforests are also able to absorb over 90 percent of the rainfall in their leaves and mosses. By doing this, they are able to slow down water run-off by gradually releasing the water over time into streams and rivers. This helps to control soil erosion and flooding.


Rainforests are vital to the Earth in helping to recycle carbon and oxygen. Carbon dioxide (CO2) is the gas put into the air globally by humans, mainly by the burning of fossil fuels (for example in cars and factories). Rainforests are able to remove carbon dioxide from the air and return oxygen in its place. This is why our global rainforests are often called the Earth's ‘lungs'.
Rainforests are major producers of the Earth's oxygen. In fact, scientists believe that nearly 50 percent of the Earth's oxygen is produced by rainforest in the Amazon region alone.
Nearly 40 percent of the world's carbon is contained in the trees of the rainforests. As rainforests are cut down and burned, carbon dioxide is released into the Earth's atmosphere. Eventually, as this gas builds up the atmosphere, leading to what scientists call the enhanced greenhouse effect.



To sum up, the role of the rainforest is essential for human life. It creates equilibrium in our environment and its resources are significant for human beings survival.
Taken from SOSE: Studies of Society and Environment, 2000

Rabu, 01 Desember 2010

Diet Kantong Plastik Untuk Mencegah Banjir?

Banjir hebat yang melanda kota-kota besar akhir-akhir ini menimbulkan perdebatan pelik mengenai siapa yang patut dipersalahkan. Tetapi saya pribadi kadang berpikir dan bertanya-tanya, jangan-jangan saya sendiri (dan anda sekalian) juga ikut andil dalam penyebab kebanjiran ini.  Salah satu yang terlintas langsung dipikiran adalah sampah yang kita hasilkan. Bukan kah kita semua juga membuang sampah? Bagaimana anda bisa yakin sampah yang anda buang pada tempatnya (menurut anda) tidak menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi penyebab penyumbatan saluran air di kota yang berujung pada banjir?

Ketika pertanyaan ini muncul dipikiran, saya langsung teringat pada plastik. Hidup kita sudah tidak bisa lepas dari plastik. Sampah (kantong) plastik yang menggunung disebabkan oleh pola hidup masyarakat  serba ‘instan’ yang mendorong tingginya tingkat konsumsi (kantong) plastik di masyarakat. Sedangkan, sampah (kantong) plastik sendiri memiliki dampak yang berbahaya bagi lingkungan dan perlu diawasi karenaSampah (kantong) plastik yang dibuang tidak pada tempatnya akan menyebabkan banjir karena menyumbat saluran air, tanggul, mencemari perairan, dan sebagainya.

Monster Kresek: “Aku lahir karena kalian yang menggunakan kresek berlebihan, rata-rata per orang per tahun 350 sampah kantong plastik”

Terlebih lagi sekitar 500 juta hingga 1 milyar kantong plastik digunakan di dunia setiap tahunnya. Jumlah yang sangat fantastis, mengingat lebih dari 17 milyar kantong plastik juga dibagikan secara gratis di seluruh dunia setiap tahunnya! Sampah (kantong) plastik juga berperan dalam fenomena pemanasan global karena menjadi salah satu penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca di atmosfer. Alur perjalanan plastik dari proses produksi hingga pembuangannya membutuhkan sekitar 12 juta barrel minyak dan 14 juta pohon setiap tahunnya. (berbagai sumber)

Tindakan paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk menghindari penumpukkan sampah plastik adalah MENGURANGI PENGGUNAAN PLASTIK YANG TIDAK PERLU. Salah satu contohnya adalah saat berbelanja, anda bisa membawa kantong belanjaan sendiri untuk membawa pulang belanjaan, dari pada menggunakan plastik dari toko yang nantinya akan anda buang juga.

Masih banyak tindakan pencegahan lain yang bisa anda lakukan, bila anda perduli. Kawan-kawan yang tergabung dalam Greeneration memberikan deskripsi yang komprihensif mengenai cara mengatasi masalah sampah plastik, melalui slogan Diet Kantong Plastik.

Beberapa cara DIET KANTONG PLASTIK antara lain:
  1. REDUCE (PENGURANGAN) yaitu dengan meminimasi (mengurangi) pemakaian kantong plastik terutama ketika berbelanja. Barang belanja dapat kita bawa dengan mempergunakkan tas pribadi atau kantong khusus dari bahan non-plastik yang dapat dipakai berulang-ulang.
  2. Perilaku REUSE (PENGGUNAAN KEMBALI) dilakukan jika pemakaian kantong plastik tidak dapat dihindari, maka kantong plastik yang telah dimiliki dapat digunakan kembali sehingga tidak terus menambah sampah (kantong) plastik yang dibuang ke lingkungan.
  3. Sedangkan untuk RECYCLE (PENDAURULANGAN) dapat dilakukan dengan mengoptimalkan serta mendorong kegiatan pendaurulangan kantong plastik yang berjalan di masyarakat.

Silakan klik dan baca link dibawah dan mari kita praktekkan gaya hidup yang lebih efisien dalam penggunaan plastik.

http://greeneration.tumblr.com/post/1372154165/dietkantongplastik-yuuuk

Mari Sadar Bencana dan Sukseskan Mitigasi Bencana

Bencana alam yang melanda Indonesia akhir-akhir ini memang mengkhawatirkan dan menggugah simpati kita semua untuk membantu meringankan beban korban bencana tersebut. Namun banyak yang melupakan satu tahap penting yang juga dapat mengurangi dampak dan korban yang ditimbulkan bencana. Tahap tersebut dikenal dengan istilah umum “Siaga Bencana” dan istilah teknis “Mitigasi Bencana”.

Indonesia merupakan negara yang terletak di atas “Cincin Api Pasifik” atau “Ring of Fire” yang merupakan daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik. Dua puluh lima dari 33 provinsi di Indonesia berada di kawasan gempa. Masing-masing kawasan itu, terkepung beberapa lempengan tektonis, di antaranya lempeng Euro-Asia dan lempeng Australia-India. Kedua lempeng inilah yang menjadi pemicu bencana Tsunami Aceh (26/12/04), gempa Yogyakarta (27/05/06), tsunami selatan Jawa (17/07/06), dan gempa Selat Sunda (19/07/06).


Dengan kata lain gempa, gunung meletus dan tsunami bisa terjadi setiap saat dan kita sebagai orang yang tinggal di Indonesia sudah sepatutnya menyadari bahaya gempa, gunung meletus dan tsunami yang akan kita hadapi setiap saat. Sikap yang bijak dalam menghadapi keadaan ini adalah sikap yang selalu waspada dan siaga terhadap kemungkinan terjadinya bencana. Dengan sikap siaga, kita bisa mensukseskan Mitigasi Bancana.

Silakan kunjungi dan baca informasi lebih lengkap mengenai siaga bencana dan mitigasi bencana di website berikut ini:

Selasa, 19 Oktober 2010

Indonesia sebagai “Zamrud Katulistiwa”

Indonesia yang dikenal sebagai zamrud khatulistiwa adalah sebuah negara kepulauan yang terbentang antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Lebih dari 17.000 pulau telah tercatat, 6.000 di antaranya merupakan pulau berpenghuni. Indonesia juga diberkahi dengan lintasan khatulistiwanya di area Asia Tenggara. Luas total daratan mencapai 1.811.570 km2 dan 63 persen (1.134.330 km2) masih berupa hutan. Sementara itu luas total wilayah air adalah 317 juta hektare termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) 473 ribu hektare. Penduduknya terdiri dari 600 kelompok etnik, diperkirakan jumlahnya telah mencapai 210 juta jiwa pada 2002, dengan hampir 80 persen tinggal di Pulau Jawa (Data BPS dan KLH). Kekayaan alamnya yang memiliki 25.000 hingga 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan atau sekitar 10% dari jumlah total spesies tumbuhan yang ada di dunia, walaupun luas Indonesia hanya 1,3% dari permukaan bumi, saat ini lebih dari 590 spesies tumbuhan di Indonesia dalam resiko akan terancam punah atau telah punah.

Indonesia setidaknya mempunyai 47 ekosistem unik. Walaupun luasnya hanya 1,3 persen dari permukaan dunia, namun 17 persen dari spesies di dunia hidup di Indonesia, melebihi segala bentuk kehidupan dari seluruh Benua Afrika. Dalam hitungan persen, Indonesia setidaknya memiliki 11 persen dari spesies tanaman bunga dunia, 12 persen spesies mamalia dunia, 16 persen dari seluruh spesies amfibi dan reptil, 17 persen dari spesies buning dunia, dan 37 persen dari spesies ikan di dunia. Dalam hal jumlah, Indonesia mempunyai 515 spesies mamalia, peringkat pertama di dunia, dan 36 persen endemik. 122 spesies kupu-kupu, angka tertinggi di dunia, 44 persen endemik. Lebih dari 600 spesies reptil (peringkat ketiga di dunia), 153 spesies burung (28 persen endemik) dan lebih dari 270 spesies amfibi, merupakan peringkat lima besar dunia, serta 28.000 tanaman bunga, menduduki peringkat ketujuh dunia.
 
Dalam hal kelautan Indonesia menempati pusat Indo-pacific biogeographic kelautan dan posisinya yang strategis antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik sehingga tidak mengherankan jika sangat kaya akan variasi kelautan dan pesisirnya. Misalnya, hutan mangrove terbesar di Asia, padang lamun, dan hamparan terumbu karang. Indonesia mempunyai hutan mangrove seluas 3,8 juta hektare yana menempatkan Indonesia sebagai pemilik hutan mangrove terbesar di dunia. Disusul oleh Nigeria 3,24 juta hektare dan Australia 1,6 juta hektare. Hampir 2/3 dari perbatasan laut Indonesia ditutupi oleh terumbu karang yang diperkirakan mencapai 7.500 km2. Banyak kehidupan yang bergantung pada keberlangsungan eksistensi terumbu karang, seperti pemijahan ikan dan lebih dari 200 jenis ikan hias (Kementerian Negara Lingkungan Hidup dan Konphalindo, Atlas of Biodiversity in Indonesia. Jakarta. 1995)

Hal ini hanya untuk menunjukkan betapa Indonesia itu kaya akan potensi yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk rakyat Indonesia dengan konsep lestari dan berkeadilan. Kerusakan ekosistem dan lingkungan di Indonesia akan mempengaruhi dunia, karena potensi hal tersebut di atas. Akan tetapi Indonesia menerapkan kebijakan yang salah kaprah, dengan dukungan negara-negara industri besar dunia terjadi perusakan besar-besaran, sehingga berdampak pada diri sendiri dan dunia. Anehnya setelah rusak, kita yang dipersalahkan dan diminta harus menanggung beban tersebut.

Selamatkan Bumi Kita!

Pengantar
Setiap tanggal .... (gag tau saya lupa ^_^) kita memperingati hari Bumi, planet yang telah berusia kurang lebih 5.500.000.000 tahun. Hari Bumi ini di Indonesia sebenarnya tidak lazim diperingati sebelum tahun .... (sialnya saya lupa jg ^_^), apalagi saat itu kekayaan alam kita masih sangat banyak dan kondisi lingkungan hidup kita masih jauh lebih baik, sehingga rasanya pada saat itu orang Indonesia masih “belum perlu” merasa khawatir untuk menyelamatkan bumi dan lingkungannya.
Gagasan hari bumi sendiri muncul dari seorang senator dari Amerika Serikat Gaylorfd Nelson yang menyaksikan betapa menurunnya kualitas lingkungan di bumi yang hanya satu-satunya tempat hidup manusia. Kerusakan yang juga disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri sudah kian menjadi-jadi, sehingga setelah menyampaikan pidatonya di Seattle pada tahun 1969, Gaylorfd bersama dengan teman-teman LSM, 1500 perguruan tinggi, dan 10.000 sekolah, turun ke jalan untuk mengadakan aksi penyelamatan bumi dari kerusakan.
Segera setelah aksi tersebut berturut-turut terjadi pergerakan dalam upaya penyelamatan bumi mulai dari Konferensi Tingkat Tinggi Lingkungan Hidup pada tahun 1972 di Stockholm, konferensi tingkat dunia yang membicarakan lingkungan dunia global di Rio de Janeiro pada tahun 1992 yang menyepakati Forestry Principle yang menekankan pentingnya hutan bagi masa depan umat manusia.
Untuk pertama kalinya dalam sejarah kita memiliki persetujuan yang mengikat secara hukum berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yaitu melalui Protocol Kyoto. Tetapi agar kesepakatan tersebut dapat dilaksanakan secara operasional, maka harus diratifikasi oleh 55 negara. Ratifikasi tersebut juga harus mencakup negara penghasil 55% emisi gas rumah kaca dunia, yang berarti bahwa negara-negara industri besar harus meratifikasinya. Pada saat itu hanya sedikit negara industri besar yang meratifikasinya, hingga terselenggaranya konferensi Global Warming baru-baru yang diadakan di Bali yang menghasilkan Bali Roadmap, hanya tinggal Amerika Serikat yang masih belum meratifikasinya.

Senin, 18 Oktober 2010

Partikel Atom

Atom adalah suatu satuan dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif, dan neutron yang bermuatan netral (kecuali pada inti atom Hidrogen-1, yang tidak memiliki neutron). Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom demikian pula dapat berikatan satu sama lainnya, dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif dan disebut sebagai ion. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom menentukan unsur kimia atom tersebut, dan jumlah neutron menentukan isotop unsur tersebut.

Istilah atom berasal dari Bahasa Yunani (ἄτομος/átomos, α-τεμνω), yang berarti tidak dapat dipotong ataupun sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsep atom sebagai komponen yang tak dapat dibagi-bagi lagi pertama kali diajukan oleh para filsuf India dan Yunani. Pada abad ke-17 dan ke-18, para kimiawan meletakkan dasar-dasar pemikiran ini dengan menunjukkan bahwa zat-zat tertentu tidak dapat dibagi-bagi lebih jauh lagi menggunakan metode-metode kimia. Selama akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, para fisikawan berhasil menemukan struktur dan komponen-komponen subatom di dalam atom, membuktikan bahwa 'atom' tidaklah tak dapat dibagi-bagi lagi. Prinsip-prinsip mekanika kuantum yang digunakan para fisikawan kemudian berhasil memodelkan atom.

Dalam pengamatan sehari-hari, secara relatif atom dianggap sebuah objek yang sangat kecil yang memiliki massa yang secara proporsional kecil pula. Atom hanya dapat dipantau dengan menggunakan peralatan khusus seperti mikroskop gaya atom. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat pada inti atom, dengan proton dan neutron yang bermassa hampir sama. Setiap unsur paling tidak memiliki satu isotop dengan inti yang tidak stabil, yang dapat mengalami peluruhan radioaktif. Hal ini dapat mengakibatkan transmutasi, yang mengubah jumlah proton dan neutron pada inti. Elektron yang terikat pada atom mengandung sejumlah aras energi, ataupun orbital, yang stabil dan dapat mengalami transisi di antara aras tersebut dengan menyerap ataupun memancarkan foton yang sesuai dengan perbedaan energi antara aras. Elektron pada atom menentukan sifat-sifat kimiawi sebuah unsur, dan mempengaruhi sifat-sifat magnetis atom tersebut.